Rabu, 21 September 2016

FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL

Sejak kelahiran manusia, melekat pada dirinya dua kodrat yakni manusia sebagai makhluk tunggal (individual) juga sebagai makhluk sosial ( saling membutuhkan satu sama laianya). dalam interaksi lingkungan manusia hendaknya bertindak sebagai makhluk sosial yang selalu dibutuhkan dan membutuhkan orang lain, di sisi lain manusia juga sebagai makhluk tunggal yang memiliki kewajiban dan hak yang didapatnya. Setidaknya ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial yakni : IMITASI, SUGESTI , IDENTIFIKASI, SIMPATI,dan EMPATI.

IMITASI adalah proses belajar seseorang dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam hal ini tidak hanya sikap yang ditirunya tetapi juga penampilan , tingkah laku (behavior) dan juga gaya hidup (life style). Contohnya seorang anak yang mengikuti tingkah laku orang tuanya.
(sumber gambar : https://www.google.com/search?q= diakses tanggal 22 september 2016)







SUGESTI adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan metode tertentu sehingga orang tersebut mau mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. semakin tinggi wibawa seseorang semakin mempermudah untuk memberikan sugesti kepada orang lain.
 (sumber gambar : https://www.google.com/search?q= diakses tanggal 22 september 2016)




    
IDENTIFIKASI adalah kecenderungan sesorang menjadi sama dengan tokoh idolanya. Hal ini terjadi karena setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat memiliki tipe - tipe ideal yang hendak dicapai atau diinginkannya. contohnya mengidolakan seorang Proklamator SUKARNO, dan lain - lain (sumber gambar : https://www.google.com/search?q= diakses tanggal 23 september 2016)
SIMPATI adalah salah satu faktor pendorong interaksi sosial yang dilandasi oleh perasaan seseorang. Simpati dapat muncul ketika seseorang merasa terlibat dalam emosi yang dirasakan oleh orang lain. Seperti perasaan iba yang mendorong kita untuk memberikan bantuan atao pertolongan kepada orang lain. (sumber gambar : https://www.google.com/search?q= diakses tanggal 23 september 2016)






EMPATI adalah rasa simpati yang sangat mendalam, yang mampu memberikan pengaruh pada kejiwaan dan atau fisik seseorang. contohnya adalah perasaan rindu yang terlalu dalam bisa menyebabkan seseorang menjadi panas dingin.
(sumber gambar : https://www.google.com/search?q= diakses tanggal 23 september 2016)

Rabu, 14 September 2016

Peletakan Batu Mandala

Vihara Dharma Giri Vanna telah berdiri beberapan tahun yang silam dan telah dimanfaat oleh umat dalam melakukan peribadatan. Namun dengan berjalannya waktu  kondisi fisik bangunan semakin tua dan mengalami kerusakan di beberapa bagian seperti atap, plapon dan kaca jendela, demikian juga dengan jumlah umat yang  semakin bertambah sehingga berdampak pada kurang nyamannya
proses peribadatan. Peletakan batu pertama atau batu mandala Vihara Dharma Giri Vanna dilaksnakan pada hari Jumat, 9 September 2016. Acara ini di hadiri oleh Bhikkhu Sangha, Bupati Lombok Utara Bapak DR.H.Najmul Akhyar,SH.MH, Pembimas Buddha Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinvis NTB Bapak Suliarna, S.Ag.,M.Pd, Ketua MBI Nusa Tenggara Barat Bapak Metawadi,S.Ag, Ketua Magabudhi Nusa Tenggara Barat Bapak Nurtha Dharma Sucaka, M.Si, Ketua MBI Lombok Utara Bapak Sukarman, Ketua Patria KLU Sdr. Surdianto, A.Md.RS, Ketua Adat Orong Empak Penasan Bapak Kartadi,S.Pd, Kepala Desa Tegal Maja Bapak Ir. Rusdi, Kepolisian Sektor Tanjung Bapak Parti,S.Pd , Perwakilan Pengurus Vihara serta tokoh Agama dan tokoh masyarakat setempat. .Dengan diletakkannya batu pertama ini diharapkan riuh dan gema  pembangunan kedepan semakin kencang sehingga rencana pembangunan dapat berjalan dengan baik. Acara ini juga didukung oleh umat Vihara Dharma Giri Vanna yang sangat bersemangat dan antusias dalam mempersiapkan segala keperluan dan perlengkapan acara tersebut. Renovasi Vihara Dharma Giri Vanna membuka ladang kabajikan baru bagi para dermawan yang ingin menabur kebajikan, kami  menghaturkan banyak terima kasih kepada bapak ibu tamu undangan yang telah berkenan hadir dan juga kepada bapak ibu yang telah berdana atau menyumbang untuk pembangunan vihara Dharma Giri Vanna. Kami juga menyampaikan permohonan maaf kepada bapak ibu baik secara pribadi maupun organisasi yang tidak kena undangan atau undangannya tidak sampai di tangan bapak ibu sekalian, sekali lagi kami mohon maaf. Kami juga sangat terbuka bagi Bapak Ibu yang ingin menanam kebajikan, baik dalam bentuk materi maupun non materi (Dapat Menghubungi Panitia :  Tri Darma 08180369208, Krisna 081803611101, dan untuk wilayah Jakarta dan Sekitarnya dapat menghubungi Edi Rama Wijaya 0818870511, bisa juga melalui Rekening Bank BRI nomor: 4682-01-019929-53-1 atas Nama  P PEMBANGUNAN VIHARA DHARMA GIRI VANNA .Anumodana










Selasa, 02 Februari 2016

Puasa ala Umat Buddha ( Atthasila)

 

Atthasila( Delapan Latihan Moral )

Cara Puasa ala Umat Buddha

Diawal bulan Juli ini kita bersama sebagai warga negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama menyambut kedatangan Bulan Ramadhan, dimana rekan kita yang beragama Islam sedang menjalani kegiatan keagamaan yang fasih disebut dengan berpuasa. Puasa dilakukan selama satu bulan penuh menjelang datangnya hari raya Idul fitri. Kaum muslimin diseluruh dunia berpuasa dengan cara tidak makan dan minum dari Pagi hari atau tepatnya Subuh sampai dengan datangnya azan Maghrib yang datang disore hari.
Berbicara tentang puasa, sudah tahukah kita bahwa di ajaran agama Buddha sendiri terdapat kegiatan puasa, mungkin lebih tepatnya disebut dengan Atthasila ( Latihan Delapan Aturan Kemoralan ).
8 Sila / Atthasila tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami
   Bertekad melatih diri untuk menghindari menyakiti dan membunuh mahluk hidup apapun juga.
2.Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami
   Bertekad melatih diri untuk menghindari mengambil barang yg tidak diberikan / diijinkan (mencuri).
3.Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami
   Bertekad melatih diri untuk menghindari hubungan seksual.
4. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami
    Bertekad melatih diri untuk menghindari ucapan / kata-kata tidak benar, yg kasar, memfitnah dan             menyakiti mahluk lain (berbohong).
 5.Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami
   Bertekad melatih diri untuk menghindari segala minuman keras (serta bahan-bahan lainnya) yg dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
6.Vikala-bhojana veramani sikkhapadam samadiyami
 Bertekad melatih diri untuk menghindari makan makanan diwaktu yg salah, yaitu lewat tengah hari. Pengertian di sini adalah bahwa seseorang tidak boleh makan setelah lewat tengah hari hingga subuh/dinihari. Patokannya adalah untuk tengah hari, ketika matahari tepat diatas kepala atau pukul dua belas. dan untuk subuh/dinihari adalah ketika tanpa lampu, seseorang dapat melihat garis tangannya sendiri atau ketika matahari terbit. Jadi seseorang boleh makan (berapa kali pun) hanya pada waktu dinihari/subuh sampai tengah hari (sekitar jam 12).
7. Naccagita-vadita-visukadassana malagandha-vilepana dharana-mandana vibusanatthana veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari menari, menyanyi, bermain musik, melihat permainan / pertunjukan, tidak memakai bunga-bungaan, wangi-wangian dan alat kosmetik yg lain untuk tujuan menghias / mempercantik diri.
 8. Uccasayana-mahasayana veramani sikkhapadam samadiyami
Bertekad melatih diri untuk menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yg tinggi, besar dan mewah.
Puasa dalam agama Buddha sedikit berbeda dan diperbolehkan minum. Dalam agama Buddha puasa itu disebut Uposatha. Puasa ini tidak wajib bagi umat Buddha, namun biasanya dilaksanakan dua kali dalam satu bulan (menurut kalender buddhis dimana berdasarkan peredaran bulan), yaitu pada saat bulan terang dan gelap(bulan purnama). Namun ada yang melaksanakan 6 kali dalam satu bulan, tetapi puasa (uposatha) tersebut tidak wajib.
Uposatha artinya hari pengamalan (dengan berpuasa) atau dengan pelaksanaan uposatha-sila pada hari atau waktu tertentu (dapat disebut hari uposatha). Puasa tersebut dilaksanakan dengan menjalani uposatha-sila.
Jadi, puasa (uposatha) seorang umat Buddha dinyatakan sah, apabila ia mematuhi ke-8 larangan tersebut seperti yang tertulis di atas. Jika salah satu larangan tersebut dilanggar—baik sengaja atau tidak— berarti ia puasanya (uposatha-nya) tidak sempurna.
Kapan umat Buddha menjalankan puasa atau uposatha?
Hari Uposatha adalah setiap tanggal 1, 8, 15 dan 23 menurut penanggalan lunar (bulan) hari uposatha disebut juga uposathadivasa yaitu hari suci dan hari penuh berkah, meski bukan bersifat wajib diharapkan pada hari uposatha para upasaka dan upasika melatih diri dengan menjalankan atthanga uposathasila yaitu 8 (delapan) peraturan yang harus dijalankan pada hari uposatha.
 Jadi, kapan mau mencoba ber-atthasila?

Selasa, 05 Januari 2016