PESAN WAISAK 2557 BE/2013
SANGHA ANGUNG INDONESIA
KASIH BUDDHA MENERANGI DUNIA
Pesan dan Renungan Waisak 2557 BE/ 2013
(Sangha Agung Indonesia)
(Sangha Agung Indonesia)
Namo
Sanghyang Adi Buddhaya
Namo
Tassa Bhagawato Arahato Sammasambuddhassa
Namo
Sabbe Bodhisattwaya Mahasattwaya
Setiap kali Hari
Waisak tiba umat Buddha akan mengenang tiga peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan guru junjungan para dewa dan manusia :
1. Kelahiran calon Buddha, yaitu Pangeran Siddhartha Gotama, di Taman Lumbini.
2. Tercapainya Penerangan Sempurna, yaitu Petapa Gotama menjadi Buddha, di Buddha Gaya.
3. Mahaparinirwana Buddha, yaitu Buddha Gotamameninggalkan dunia ini, di Kusinara.
Hari
Waisak adalah Hari Buddha, oleh karena itu di hari peringatan Waisak kita
sesungguhnya tidakhanya dibatasi untuk hanya mengenang tiga peristiwa tersebut
di atas, tetapi kita juga dapat mengenangkehadiran Buddha di dunia ini secara
lebih utuh. Kehadiran Buddha yang penuh kasih, kehadiran Buddha yang telah
menerangi dunia. Dan kita akan benar-benar menyadari bahwa kasih Buddha
menerangi dunia.
Dalam
kitab suci dikatakan, bahwa:“Melihat orang-orang tenggelam dalam samudra
kelahiran, kematian, dan kesedihan, Buddha tergerak untuk menolong mereka.
Melihat orang-orang melakukan kejahatan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan,
lalu menerima buah yang pahit akibat kejahatannya, namun mereka tidak pernah
berhenti mengejar nafsu keinginan jahatnya, Buddha tergerak untuk menolong
mereka. Melihat bahwa walaupun mereka merindukan kebahagiaan, tetapi mereka
tidak berusaha mendatangkan buah karma yang membahagiakan bagi diri mereka,
walaupun mereka membenci rasa sakit, namun mereka dengan sadar mendatangkan
buah karma yang menyakitkan bagi diri mereka sendiri, Buddha tergerak untuk
menolong mereka. Melihat mereka hidup saling membunuh dan melukai satu sama
lain, dan mengetahui bahwa oleh karena kebencian telah tumbuh subur di dalam
hati maka mereka pasti akan menerima akibat buruknya bagi diri mereka sendiri,
Buddha tergerak untuk menolong mereka.”Buddha menjelaskan kepada para biksu
mengenai kehadiran seorang Samyaksambuddha di
dunia ini, “Para
Biksu, ada satu orang yang terlahir di dunia demi kesejahteraan banyak makhluk,
demi kebahagiaan banyak makhluk; Ia terlahir karena kasih kepada dunia, untuk
kepentingan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Siapakah
orang yang satu ini? Ia adalah Tathagata, seorangArahatyangMahasuci, seorang
yang mencapai Penerangan Sempurna. Inilah, Biksu, manusialuarbiasa yang satu
itu.”(AnguttaraNikaya I, 21) Karena kasihNya kepada dunia, Buddha telah
menunjukkan kepada kita melalui lakon perjuangan Pangeran Siddhartha dan Petapa
Gotama, bahwa manusiaitu mampu menjadi Buddha. Selanjutnya, setelah menjadi
Buddha, karena kasihNya Beliau mengajarkan Dharma yang merupakan jalan pembebasan
total dari duka, jalan untuk mencapai Kebahagiaan Sejati. Sanggha yang Beliau
bentuk adalah komunitas harmonis dari para praktisi Dharma, yang akan membantu
anggotanya belajar, berlatih, dan berbagi Dharma. Karenanya melalui kasih
Buddha, Sanggha yang secara turun temurun masih berlanjut hingga kini adalah
komunitas pelestari Dharma. Setelah kita menyadari betapa besar kasih Buddha
kepada dunia, kita seharusnya memberikan penghormatan dengan cara yang terbaik
kepada Buddha. Jika kita menempuh jalan Dharma, inilah cara yang terbaik untuk
menghormati Buddha. Kita tidak bias mencapai tujuan kita dengan hanya
mempersembahkan lilin, dupa, dan bunga. Marilah kita membaca petikan
Mahaparinibbana Sutta, untuk mengetahui apa yang dikatakan Buddha tentang
penghormatan tertinggi terhadap Beliau. Dan Bhagawa berkata, “Ananda,
siapkanlah sebuah tempat tidur di antara kedua pohon sala ini, karena Aku
merasa tidak enak dan ingin berbaring.” Maka Y.A. Ananda pun berbuat
sebagaimana yang Bhagawa minta, dan kemudian Bhagawa berbaring miring ke kanan,
dengan menumpangkan sebelah kaki di atas kaki yang lain dalam posisi bagaikan
singa berbaring, dengan penuh perhatian dan kesadaran yang jelas. Kemudian
kedua pohon sala itu mendadak, di luar musim, bunga-bunganya bermekaran dan
menaburi Beliau karena rasa hormatnya kepada Tathagata. Bunga-bunga dan bubuk
kayu cendana surgawi bertaburan, dan musik serta suara-suara surgawi pun dapat
terdengar, semuanya timbul dari rasa hormat kepada Tathagata. Lalu Bhagawa
memanggil Y.A. Ananda dan berkata, “Lihatlah pada bunga-bunga pohon sala serta
bunga-bunga, bubuk kayu cendana, musik, dan suara-suara surgawi ini. Namun,
bukanlah seperti ini Tathagata dihormati, dimuliakan, dihargai, dan dipuja
dengan penghormatan tertinggi. Tetapi para biksu dan biksuni, upasaka dan
upasika, yang menaati Dharma, menempuh jalan Dharma, melaksanakan Dharma,
merekalah yang menghormati, memuliakan, menghargai, dan memuja Tathagata dengan
penghormatan tertinggi. Oleh karenanya, taatilah Dharma, tempuhlah jalan Dharma
dan laksanakanlah Dharma. Inilah cara engkau seharusnya melatih diri.”
Melaksanakan Dharma adalah meneladani perjuangan yang telah dilakoni oleh
Buddha. Diawali sebagai manusia biasa, jika kita terus berjuang di jalan Dharma
maka pada akhirnya kitapun akan bisa menjadi Buddha.
Semua Buddha memiliki
tubuh Dharma (Dharmakaya).Dharmakaya itu maha esa dan senantiasa ada,
maka kasih Buddha pun senantiasa ada. Kasih Buddha adalah kasih semesta untuk
semua orang dan, kasih yang tidak pernah pada minim memberikan kebahagiaan bagi
semuamakhluk. Sebagai bentuk nyata pelaksanaan Dharma, kita seharusnya ikut
menghadirkan kasih Buddha dalam kehidupan kita sehari-hari.
Mengasihi berarti
membawa kebahagiaan, mengurangi penderitaan, mempersembahkan sukacita, dan melampaui
semua diskriminasi. Dalam Karaniya Metta Sutta, terdapat bait yang
mengajarkan praktik mengasihi tersebut:“Selagi berdiri, berjalan, duduk, atau
berbaring, selama tiada lelap, dia tekun mengembangkan perhatian penuh
kesadaran ini, yang disebut Kediaman Luhur.” Kediaman Luhur adalah metta
yang membawa kebahagiaan, karuna yang mengurangi penderitaan, mudita
yang mempersembahkan sukacita, dan upekkha yang melampaui semua
diskriminasi.
Cara kita untuk
membawa kebahagiaan tidak hanya dengan mengasihi orang lain, tetapi juga
dengan mengasihi diri kita sendiri. Apabila kita tidak tahu bagaimana mengasihi
diri kita sendiri demi menghadirkan kebahagiaan, maka kita juga tidak akan
mampu menghadirkan kebahagiaan bagi orang lain. Jadi manakala menghadapi penderitaan
dalam diri sendiri, janganlah kita bertempur dengannya, kita malah akan semakin
menderitaoleh karena kita mengembangkan kebencian. Dengan belajar menerima dan
memeluknya,kita akan dapat merubah penderitaan itu menjadi kasih. Kebahagiaan
berkaitan erat dengan penderitaan, ketika tahu apa itu penderitaan kita juga
akan tahu apa itu kebahagiaan, jadi mengerti dan menyadari penderitaan
merupakan fondasi kebahagiaan.
Kasihadalah sifat
luhur yang memberikan dorongan dan semangat untuk menolong sesame manusia dengan
berbagai cara yang baik. Kasih yang agung menciptakan hati yang peka dan halus
untuk dapat turut merasakan penderitaan mereka yang sakit, sengsara, dan
menderita. Penderitaan anda adalah penderitaan saya, demikianlah hati orang
yang telah mempunyai kasih. Namun untuk mengurangi penderitaan dan
membantu mentransformasi penderitaan orang lain, kita pertama-tama perlu
belajar menangani penderitaan kita sendiri terlebih dahulu. Karuna bukan
berarti kita harus ikut menderita, karena jika kita malahan menderita bersama
orang yang tengah menderita maka tentunya kita tidak dapat menolong orang
tersebut. Yang harus kita lakukan adalah menghadirkan energi perhatian penuh
kesadaran, yaitu Buddha yang ada dalam diri kita. Jika dengan energi perhatian
penuh kesadaran kita menerima kehadiran emosi yang menyebabkan penderitaan,
maka kebijaksanaan akan lahir untuk meredakan emosi itu, kita pun terbebas dari
dukacita. Kasih juga berarti mempersembahkan sukacita kepada yang
lain,dan untuk itu kita juga harus mampu bersukacita terlebih dahulu. Apabila
kita tidak bisa tersenyum, tentunya tidak ada orang yang bisa mendapatkan
manfaat dari kehadiran kita. Sebaliknya, walaupun tidak ada apa pun yang kita
lakukan, apabila kita penuh sukacita sesungguhnya kehadiran kita sudah memberi
manfaat kepada banyak orang.
Dalam Satipatthana
Sutta, Buddha mengajarkan bagaimana menghadirkan sukacita dengan berlatih
hidup berkesadaran dan konsentrasi. Jika kita tahu cara melepaskan atau let
it go, hidup berkesadaran (sati), konsentrasi (samadhi), dan
kebijaksanaan (pannya), maka setiap saat sukacita dan bahagia akan bisa
hadir dalam diri kita. Akhirnya, jika kita mampu melampaui semua
diskriminasi, maka kita akan dapat mengasihi semua orang. Semua orang akan
ada dalam rangkulan kasih kita. Kitapun akan memiliki cukup banyak kasih dan
kesalingpahaman, untuk membantu mentransformasi dan menyembuhkan luka-luka yang
disebabkan oleh kekerasan, kebencian, dan diskriminasi. Jika kita tahu cara
untuk kembali ke momen saat ini dan membangkitkan energy perhatian penuh
kesadaran, konsentrasi, dan kebijaksanaan, maka kita akan bersentuhan dengan
keajaiban-keajaiban kehidupan. Kita akan memiliki kebahagiaan dengan seketika.
Kita akan memiliki kebijaksanaan. Kita tidak lagi mendiskriminasi atau
berpikiran sempit. Kita dapat membuka kedua tangan untuk merangkul semua orang
dan kita tidak memiliki musuh. Ketika kita tidak memiliki musuh, tidak mencela,
tidak menyalahkan, maka pikiran kita menjadi ringan seperti awan.
Marilah dengan
menggunakan momentum hari Waisak, kita bersama-sama memperkuat tekad kita untuk
berlatih mempraktikkan kasih Buddha. Semoga kegelapan yang menyebabkan adanya
ketidakharmonisan, permusuhan, dan saling membenci di dunia ini dapat menjadi
sirna. Kasih Buddha menerangi dunia.
Selamat Hari Waisak
2557, semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Mettacittena,
Mahathera
Nyanasuryanadi
Ketua Umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar